Hello guys!
Di postingan
sebelumnya, kami udah share tentang sejarah fisioterapi di dunia maupun di Indonesia, bukan?
Setelah kalian tahu sejarahnya, mungkin lebih baiknya lagi kalo kalian tahu
orang-orang fisioterapi yang terkenal, tapi kali ini di Indonesia aja dulu yaa,
ehehee.
Kali aja, buat kalian
yang masih ragu dengan jurusan ini, bisa mendapatkan pencerahan, terinspirasi
dari cerita-cerita para fisioterapis Indonesia.
Pria
kelahiran Luwuk Utara, 4 Desember 1974 ini terlihat sibuk berkutat dengan
laptopnya saat kami temui di ruang kerjanya di Fakultas Fisoterapi Universitas
Esa Unggul, saat ini ia sedang Fokus menyelesaikan Revisi disertasinya yang berjudul
“EFFECT OF MUSCLE ENERGY TEKNIQUE IN PATIENTS WITH CHRONIC LOW BACK PAIN OF
ZYGAPOPHYSEAL JOINT ORIGIN” setelah mengikuti sidang terbuka pada
tanggal 25 Oktober 2016 di Mahidol University Thailand, dan dinyatakan lulus S3
(Doktoral).
Pria
yang hobi olahraga tenis meja ini berkisah awal mulai ia ke Jakarta pada
tahun 2000 berangkat setelah terinspirasi bertemu Pak Jon pada tahun 2000
(Harjono, Ph.D, alm) Dekan Fisioterapi Esa Unggul kala itu, di salah satu
seminar Fisoterapi di Makasar, melaui Pak Jon ini ia juga akhirnya berangkat ke
Jakarta dengan bekal dari orang tua yang seorang guru menjual sebidang
kebunnya, untuk bekal biaya meneruskan pendidikan D3 yang sudah di dapat. Ia
juga pernah gagal masuk Fakultas Ekonomi di suatu PTN dan hal itu tidak
menyurutkan tekadnya untuk dapat membanggakan kedua orang tuanya.
Wahyudin
merupakan anak pertama dari 7 bersaudara dan berkisah bahwa ia terinpirasi
ayahnya yang seorang guru yang bercerita di depan kelas ketika mengajar ,”
ia akan menjadi ayah yang gagal jika tidak dapat mendorong anak anaknya lebih
dari pendidikannya” saat itu D3 pendidikan terakhir sang ayah, hal itu ia
buktikan dengan menyelesaikan sampai dengan S3 dan itu sudah ia buktikan dan
tentunya sangat membuat kedua orang tuanya bangga.
Kehadiran
seorang perempuan di tim Persipasi Bandung Raya (PBR) memang menarik perhatian.
Dia bukan sebagai pelatih, tapi sebagai fisioterapis yang juga langsung
berkaitan dengan pemain sepakbola.
Dia
adalah Adinda Pricilia atau yang biasa diakrab Cia. Boleh disebut, dia adalah
satu-satunya fisioterapis perempuan yang saat ini berkecimpung di sepakbola
Indonesia. Tak heran, karena jarang ada di Indonesia maka setiap masuk
lapangan, ia menjadi tatapan semua penonton.
Cia
tergabung sebagai tim medis PBR dari awal Agustus 2015 lalu. Wanita keturunan
Sunda-Manado ini mulai menampakkan kemampuannya di bidang fisioterapi saat PBR
melawan Arema Cronus pada Senin (16/11) lalu. Cia berkarier sebagai support
fisioterapis untuk MSG (Munial Sports Group) dari akhir tahun 2014. Selain
menjadi tim media bagi Badak Biru, gadis 24 tahun ini juga mempunyai klinik
sendiri bernama Physiopreneur Physiotherapy.
Berkecimpung
di sepakbola tak membuat Cia khawatir kulitnya menjadi hitam karena hampir tiap
hari ia terkena sinar matahari terutama saat para pemain latihan.
Suryo Saputra Perdana,
Fisioterapis Universitas Muhammadiyah Surakarta ketika ditugasi oleh Ketua IFI
(Ikatan Fisioterapi Indonesia) Solo untuk mendampingi Rio Haryanto di ajang
balap GP2 tahun 2013.
Mendapat dukungan penuh
dari keluarga, kampus, dan kerabat terdekatnya, Suryo mengamini tawaran dari Pak Sarsidi
untuk sebagai Fisioterapis Rio. “awalnya saya tidak tahu mengenai dunia balap,
tapi saya ingin belajar” ujar pria kelahiran 23 tahun silam ini. Di seri
pertama Sepang Malaysia bulan Maret yang lalu, Suryo ikut tergabung dalam Addax
team untuk pergi menjalani sesi balapan yang pertama di tahun 2013.
Menurut
Suryo, dari regulasi olahraga balap formula tentu saja ada perbedaan dengan
olahraga-olahraga yang sudah orang lain ketahui mengenai kiprah
fisioterapinya.Justru hal inilah yang ditangkap oleh Suryo sebagai
peluang untuk mengembangkan diri dan mempromosikan fisioterapi dalam dunia
olahraga balap.
Yup, itu dulu
fisioterapis yang bisa kita bahas nih. Gimana? Cukup menginspirasi bukan cerita
mereka dalam dunia Fisioterapi. Udah mulai berubah belum mindset kalian kalo
Fisioterapis itu sama dengan ‘tukang pijat’? See you di kiriman selanjutnya,
yaaa...
Sumber :
Komentar
Posting Komentar