Mobilisasi Sendi

Hello guys! Kali ini, kita bakal bahas tentang mobilisasi pada sendi atau yang biasanya disebut Pheripheral Joint Mobilization. Nah, mobilisasi sendi ini sangat penting dalam dunia fisioterapis, terutama tentang cidera-cidera pada atlet maupun cidera yang biasanya terjadi di kehidupan sehari-hari kita. Untuk lebih lanjutnya, langsung saja baca artikel dibawah ini!


Pheripheral Joint Mobilization (PJM) mengacu pada teknik manual therapi yang dibentuk oleh terapis, digunakan untuk menginhibisi nyeri dan mengatasi disfungsi sendi yang menghambat jarak gerak (ROM), yang secara khusus ditujukan pada perubahan mekanikal peripheral joint.
Perubahan mekanik sendi ekstermitas dapat disebabkan oleh nyeri, efusi sendi, kontraktur (adhesi) kapsul sendi, atau stabilisator ligamen, atau subluksasi sendi.
Mobilisasi adalah sebuah teknik skill manual therapy berupa gerakan pasif yang diaplikasikan pada sendi serta jaringan lunak dengan berbagai variasi kecepatan menggunakan gerak fisiologis atau asesoris untuk tujuan terapeutik.


Konsep Dasar Joint Motion: Arthrokinematika
Bentuk sendi
Jenis gerakan yang terjadi antara tulang satu dengan lainnya pada sendi ditentukan oleh bentuk permukaan sendi. Bentuk ini digambarkan sebagai ovoid or sellar. Dinamakan ovoid ketika salah satu permukaan sendi berbentuk convex, dan permukaan sendi satunya lagi berbentuk concave. Dinamakan sellar (saddle), ketika salah satu permukaan sendi memiliki bentuk concave dan convex, sementara permukaan sendi satunya lagi berbentuk convex atau concave, sehingga nampak terlihat berbentuk saddle.


Tipe gerakan

  • Gerakan pada lever tulang disebut swing dan secara klasik digambarkan sebagai gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan rotasi. Gerakan swing dapat diukur dalam satuan derajat dengan menggunakan goniometer dan disebut range of motion (ROM)
  • Gerakan pada permukaan tulang didalam sendi merupakan kombinasi variabel dari rolling, sliding, atau spinning. Dimana ketiganya memiliki karakteristik gerakan yang berbeda. Gerakan rolling terjadi pada permukaan sendi yang incongruent, sebagai hasil gerakan angulasi dari tulang. Gerakan sliding terjadi pada permukaan sendi yang congruent, apakah datar (flat) atau melengkung (curved). Adapun gerakan spin merupakan kombinasi gerakan rolling dan sliding, misalnya gerakan fleksi/ekstensi pada shoulder, fleksi/ekstensi pada hip, dan pronasi/supinasi pada radiohumeral joint.
Efek joint motion

  •  Joint motion menstimulasi aktivitas biologis melalui gerakan cairan sinovial, yang membawa nutrisi ke cartilago articular avascular pada permukaan sendi dan fibrocartilago intra-articular pada meniscus
  • Joint motion memelihara ekstensibilitas dan kekuatan daya regang articular dan jaringan periarticular.
  • Joint motion menyiapkan input sensoris untuk:
a.       Posisi statis dan merasakan kecepatan gerakan (receptor tipe I ditemukan pada capsul sendi superfacial)
b.      Perubahan kecepatan gerakan (receptor tipe II ditemukan pada lapisan terdalam capsul sendi dan bursa articular)
c.       Merasakan gerakan (receptor tipe I dan III; tipe III ditemukan pada ligamen sendi)
d.      Regulasi tonus otot (receptor tipe I, II, dan III)
e.       Menstimulasi nociceptif (receptor tipe IV ditemukan pada capsul fibrosa, ligamen, bursa articular, periosteum, dan pembuluh darah)
Tujuan Peripheral Joint Mobilization
·         Menstimulasi neurophysiological dan mechanical effect untuk menginhibisi transmisi stimulasi nociceptive pada tingkat spinal cord atau brain stem.
·         Menggerakkan cairan synovial untuk memelihara pertukaran nutrisi, dan dengan demikian mencegah nyeri serta efek statis degenerasi.
·         Mengulur capsul sendi dan ligamen yang mengalami hipomobiliti.
·         Memelihara gerakan yang ada atau memperlambat progresitas restriktif mechanical.
·         Memelihara joint play yang ada serta mencegah degenerasi dan restriktif akibat efek immobiliti.
Indikasi Joint Mobilization
Pain, muscle guarding, and spasm
Painful joint, reflex muscle guarding, dan muscle spasm dapat diobati dengan gentle joint-play techniques untuk menstimulasi neurophysiologic dan mechanical effect.
Reversible joint hypomobility
Reversible joint hypomobility dapat diobati dengan progressively vigorous joint-play stretching techniques untuk mengulur capsul dan ligamen yang mengalami hypomobile.
Progressive limitation
Penyakit yang secara progresif membatasi gerakan dapat diobati dengan joint-play techniques untuk memelihara gerakan yang ada atau memperlambat progresitas restriktif mechanical.
Functional immobility
Ketika pasien secara fungsional tidak dapat menggerakkan sendinya dalam waktu lama, maka sendi dapat diobati dengan techniques gliding non-stretch atau distraksi untuk memelihara joint play yang ada serta mencegah degenerasi dan restriktif akibat efek immobility.
Kontraindikasi Joint Mobilization
Hipermobility
Sendi pasien dengan potensi terjadi necrosis pada ligamen atau capsule seharusnya tidak dilakukan stretching. Demikian hanya pasien dengan painful hypermobility joint tidak dianjurkan untuk dilakukan stretching.
Joint effusion
Adanya pembengkakan sendi yang disebabkan oleh trauma atau penyakit. Pembengkakan sendi biasanya mengindikasikan adanya pendarahan didalam sendi yang terjadi akibat trauma atau penyakit seperti hemophilia. Pembengkakan lambat (lebih dari 4 jam) biasanya mengindikasikan serous effusion atau edema didalam sendi akibat mild trauma, iritasi, atau penyakit seperti arthritis. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk melakukan teknik mobilisasi atau pasif stretching.
Inflamation
Apabila terjadi inflamation, stretching akan meningkatkan nyeri dan muscle guarding serta berdampak pada kerusakan jaringan yang lebih besar. Gentle oscillasi atau gerakan distraksi mungkin dapat menginhibisi respon nyeri yang bersifat sementara.

Nahh, itu tadi dasar tentang mobilisasi sendi. Untuk prosedur aplikasi teknik mobilisasi sendinya; dari pemeriksaan, evaluasi, tingkatan (grade) sampai dosis-indikasi serta tips&trik agar mobilisasinya lebih efektiv bakal dibahas di artikel selanjutnya.
Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kalian yaa, biar mereka tidak salah menangani cidera yang mereka alami!





Sumber

Andy Ahmad, S.Ft, CVMP dan Yahya Dwitama, S.Ft, Physio. 2016. Peripheral Joint Mobilization. Makassar: PhysyioCare Publishing.
 

Komentar