PENYAKIT PEMBULUH LIMFA
(Kawasaki Disease dan Limfadenitis)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Patologi Kardiopulmonal
Disususn Oleh
Kelompok 5 (Lima)
ü Revin Kurnia Adi Prakoso
ü Khairiyatun Nisa
ü Rahmanianda Mutmainnah
ü Rini Fahlina
ü Annisarahimanis Fera
ü Mahardini Avisciena A
ü Miftah hapsatio
FISIOTERAPI B
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirabil alamin. Segala puji hanya milik Allah SWT. Tuhan yang Maha Esa, Maha Besar, Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayat-Nya kepada kita semua. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya. Berkat limpahan rahmat-Nya kami mampu menyusun dan menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Patologi Kardiopulmonal.
Dalam proses penyusunan makalah ini tidak jarang kami menemui hambatan, namun berkat adanya motivasi, dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Untuk itu kami menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami meminta kepada dosen pembimbing masukan, saran maupun kritikan demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran bagi para pembacanya.
Malang, 12 Desember 2015
Penyusun
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar getah bening termasuk dalam susunan retikuloendotel, yang tersebar di seluruh tubuh. Kelenjar ini mempunyai fungsi penting berupa barier atau filter terhadap kuman-kuman/bakteri-bakteri yang termasuk ke dalam badan dan barier pula untuk sel-sel tumor ganas (kanker). Disamping itu bertugas pula untuk membentuk sel-sel limfosit darah tepi. Brbagai penyakit pembuluh limfe yang ada seperti Limfadenitis, Kawasaki Disease, Limfoma Hodgkin, Penyakit Castleman, Lymphangiomatosis, Lymphangiosarcoma, a, Filiaris Limfatik.
Limfadenitis adalah peradangan kelenjar getah bening (kelenjar limfe) regional dari lesi primer akibat adanya infeksi dari bagian tubuh yang lain.
Sedangkan Kawasaki Disease adalah suatu penyakit yang langka, dan ditemukan pada anak-anak. Penyakit Kawasaki merupakan penyakit yang melibatkan kulit, mulut, dan kelenjar getah bening, dan paling sering mempengaruhi anak-anak di bawah usia 5 tahun. Penyakit Kawasaki ditemukan oleh Dr. Tomisaku Kawasaki di Jepang pada tahun 1967 dan saat itu dikenal sebagai Mucocutaneous Lymphnode Syndrome
Streptokokus dan bakteri staphylococcal adalah penyebab paling umum dari limfadenitis, meskipun virus, protozoa, rickettsiae, jamur, dan basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar getah bening. Streptokokus dan bakteri penyebab adalah pagar staphylococcal limfadenitis Umum, meskipun virus, protozoa, rickettsiae, jamur, dan TBC juga dapat menginfeksi kelenjar getah bening. Sedangkan pada Kawasaki Disease masih belum diketui pasti penyebabnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Pengertian Penyakit Kawasaki ?
1.2.2 Apa Etiologi Penyakit Kawasaki ?
1.2.3 Apa Gejala Klinis Penyakit Kawasaki ?
1.2.4 Apa Faktor Resiko Penyakit Kawasaki ?
1.2.5 Bagaimana Patofisiologi Penyakit Kawasaki ?
1.2.6 Apa Komplikasi terhadap jantung ?
1.2.7 Bagaimana Penatalaksanaan Penyakit Kawasaki ?
1.2.8 Apa Pengertian Limfadenitis ?
1.2.9 Apa Etiologi Limfadenitis ?
1.2.10 Apa Gejala Limfadenitis ?
1.2.11 Apa Faktor Resiko Limfadenitis ?
1.2.12 Bagaimana Patofisiologi Limfadenitis ?
1.2.13 Bagaimana Perawatan dan pengobatan Limfadenitis ?
1.2.14 Apa Komplikasi limfadenitis ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan Pengertian Penyakit Kawasaki
1.3.2 Menjelaskan Etiologi Penyakit Kawasaki
1.3.3 Menjelaskan Gejala Klinis Penyakit Kawasaki
1.3.4 Menjelaskan Faktor Resiko Penyakit Kawasaki
1.3.5 Menjelaskan Patofisiologi Penyakit Kawasaki
1.3.6 Menjelaskan Komplikasi terhadap jantung
1.3.7 Menjelaskan Penatalaksanaan Penyakit Kawasaki
1.3.8 Menjelaskan Pengertian Limfadenitis
1.3.9 Menjelaskan Etiologi Limfadenitis
1.3.10 Menjelaskan Gejala Limfadenitis
1.3.11 Menjelaskan Faktor Resiko Limfadenitis
1.3.12 Menjelaskan Patofisiologi Limfadenitis
1.3.13 Menjelaskan Perawatan dan pengobatan Limfadenitis
1.3.14 Menjelaskan Komplikasi limfadenitis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit Kawasaki
Adalah suatu penyakit yang langka, dan ditemukan pada anak-anak. Penyakit Kawasaki merupakan penyakit yang melibatkan kulit, mulut, dan kelenjar getah bening, dan paling sering mempengaruhi anak-anak di bawah usia 5 tahun. Penyakit Kawasaki ditemukan oleh Dr. Tomisaku Kawasaki di Jepang pada tahun 1967 dan saat itu dikenal sebagai Mucocutaneous Lymphnode Syndrome. Banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai penyakit ini, bahkan para dokter pun ada yang belum mengetahui tentang penyakit yang berbahaya bagi anak – anak ini. Hal ini menyebabkan bayaknya kesalahan dan keterlambatan diagnosis yang dilakukan oleh para dokter. Penampakkan penyakit ini dapat mengelabui mata sehingga dapat terdiagnosis sebagai campak, alergi obat, infeksi virus atau bahkan penyakit gondong.
2.2 Etiologi Penyakit Kawasaki
Baru-baru ini penelitian menunjukkan bahwa sejenis virus yang disebut coronavirus mungkin berperan atas timbulnya penyakit ini, tetapi belum ada bukti yang dapat meyakinkan secara pastinya penyebab penyakit ini. Sehingga cara pencegahan penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini lebih sering menyerang ras Mongol dan terutama menyerang balita pada usia 1-2 tahun. Penyakit ini juga terbukti tidak menular. Kasus Kawasaki di Indonesia tidakklah sedikit, tiap tahun akan ada 3300-6600 kasus Kawasaki Disease. Namun kenyataannya kasus yang terdeteksi masih sangat jauh di bawah angka ini. Terdeteksi sekitar 20%-40% nya mengalami kerusakan pada pembuluh koroner jantung. Sebagian akan sembuh namun sebagian lain terpaksa menjalani hidup dengan jantung yang cacat akibat aliran darah koroner yang terganggu. Sebagian kecil akan meninggal akibat kerusakan jantung. Jika dibiarkan sindrom Kawasaki dapat menyebabkan kerusakan jantung dan pembengkakkan pada pembuluh darah menuju jantung (koroner) yang disebut aneurysm. Aneurysm pada arteri koroner disebabkan oleh radang pada pembuluh arteri tersebut disebut vasculitis. Inilah yang membuat sindrom Kawasaki menjadi penyebab utama timbulnya penyakit jantung bawaan (PJB). Bila terjadi aneurysm, perkembangannya akan berlangsung dalam seminggu setelah gejala-gejala demam dan yang lainnya bermula. Jika tindakan perawatan dilakukan kurang dari 10 hari, maka komplikasi ke jantung akan dapat dicegah. Itu sebabnya diagnosa awal terhadap penyakit ini akan sangat banyak membantu. Berita baiknya adalah, bila mendapat perawatan sesegera mungkin, hanya sekitar 5-10% dari seluruh kasus sindrom Kawasaki yang akan berkembang menjadi masalah jantung.
2.3Gejala Klinis Penyakit Kawasaki
ü Demam tinggi (lebih dari 39 ° C bahkan mencapai 41° C yang biasanya berlangsung selama lebih dari 5 hari jika dibiarkan tidak diobati.
ü Mata merah tanpa nanah atau drainase, juga dikenal sebagai "injeksi konjungtif"
ü Lidah merah menyerupai stroberi (strawberry tangue), bibir juga merah dan kadang pecah – pecah bahkan bisa berdarah Merah telapak tangan dan telapak kaki Ruam pada kulit dengan berbagai bentuk, tapi tidak vesikular (seperti blister)
ü Pembengkakan kelenjar getah bening di salah satu leher sehingga kadang diduga penyakit gondong (parotitis)
ü Sakit sendi (arthralgia) dan pembengkakan, sering simetris Tachycardia (Detak jantung lebih cepat) Desquamation atau telapak tangan dan telapak kaki mengupas mungkin sulit bernapas.
ü Trombosit mencapai 2.000.000 /mm3
2.4 Faktor Resiko Penyakit Kawasaki
ü Umur: Anak berumur kurang dari 5 tahun merupakan kelompok anak yang mempunyai risiko terkena PK
ü Jenis kelamin: Anak laki-laki sedikit lebih tinggi risikonya terkena PK dibandingkan dengan anak perempuan
ü Etnis: Anak-anak dari negara Asia terutama Jepang dan Korea lebih banyak terkena PK. Namun demikian, dilaporkan bahwa akhir-akhir ini cukup banyak anak yang menderita penyakit Kawasaki di hampir semua negara Asia, termasuk Indonesia
2.5 Patofisiologi Penyakit Kawasaki
The child appears well.
Bagian yang paling sering terkena dari jantung adalah pembuluh darah koroner. Bagian ini dapat melemah dan melebar (menonjol) dan menjadi aneurisma. Penggumpalan darah dapat terjadi pada area yang melemah ini, sehingga menyumbat arteri tersebut, dimana terkadang menyebabkan serangan jantung (heart attack). Aneurisma dapat juga pecah namun hal ini jarang terjadi. Perubahan lain yang dapat terjadi adalah peradangan / inflamasi pada otot jantung (miocarditis), dan pada kantong yang mengelilingi jantung (pericarditis).
Irama jantung yang abnormal (aritmia) dan radang pada katup-katup jantung (valvulitis) dapat juga terjadi. Biasanya semua masalah yang terjadi pada jantung tersebut akan menghilang dalam waktu 5-6 minggu, namun kadang kala kerusakan pada pembuluh darah koroner bisa menetap untuk waktu yang lama.
2.6 Komplikasi terhadap jantung
ü Peradangan (inflamasi) dinding pembuluh darah (vaskulitis) biasanya pada pembuluh darah koroner jantung
ü Peradangan pada otot-otot jantung (miokarditis)
ü Gangguan pada katup jantung (regurgitasi mitral)
ü Kelainan irama jantung (aritmia)
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah Kematian mendadak dan gangguan fungsi jantung serta pembuluh darah yang berat merupakan masalah serius pada anak. Kelainan jantung yang paling serius ialah aneurisma, obstruksi koronaria, infark miokard dan kelainan katup yang berat.
ü Aneurisma Koronaria (AK)
Insidensi AK pada PK 740 %. Frekuensi sama pada anak lelaki dan perempuan, dapat ditemukan pada semua umur. Timbulnya AK biasanya pada hari ke 815 perjalanan penyakit. Demam pada penderita PK yang mendapat AK berlangsung lebih lama. Kelainan ini dapat dideteksi dengan ekokardiografi 2 dimensi atau angiografi.
Pada stadium akut, lebih dari setengah penderita PK menunjukkan dilatasi koronaria, namun hanya 1020 % yang mendapat AK pada akhir stadium akut. Timbulnya AK tidak berarti menyebabkan gangguan iskhemik atau disfungsi jantung. Di antara penderita AK tersebut, setengahnya menunjukkan perbaikan pada pemeriksaan angiografi berulang-ulang setelah 12 tahun. Hanya 3% yang mendapat sekuele dengan kemungkinan penyakit jantung iskhemik . Bentuk AK yang dapat menjadi faktor risiko obstruksi koronaria ialah :
§ ukuran aneurisma (diameter lebih 8 mm)
§ bentuk bola, sausage atau aneurisma multipel
§ kasus yang tidak diobati antitrombosis sejak stadium akut.
ü Obstruksi Arteri Koronaria (OK)
Kliniknya sangat bervariasi, dari asimtomatik sampai gejala angina, infark miokard atau mati mendadak. Kelainan ini dapat dideteksi dengan ekokardiografi atau angiografi koronaria. Pada angiografi ternyata kebanyakan penderita infark miokard yang meninggal menunjukkan obstruksi pada arteri koronaria kiri atau kanan dan desendens anterior. Pada kasus yang hidup obstruksi seringkali mengenai satu pembuluh darah, terutama arteri koronaria kanan.
ü Infark Miokard (IM)
IM biasanya timbul dalam tahun pertama "onset" penyakit tetapi dapat juga setiap saat. Seringkali serangan IM timbul waktu tidur malam atau istirahat, disertai tanda-tanda renjatan, pucat, muntah-muntah, nyeri perut, sesak napas dan nyeri dada. Sekitar 37 % kasus IM tidak bergejala. Pada foto toraks dapat ditemukan pembesaran jantung. EKG dapat menunjukkan perubanan gelombang Q dan lokasi IM. Pada ekokardiografi 2 dimensi dapat ditemukan gerakan abnormal dinding ventrikel kiri. Kateterisasi jantung dan angiokardiografi merupakan pemeriksaan yang paling tepat untuk mendeteksi lesi koronaria dan evaluasi fungsi ventrikel kiri. Pada angiografi koronaria dapat dijumpai obstruksi arteri koronaria. Kebanyakan penderita IM menunjukkan pembesaran dan berkurangnya fungsi ventrikel kiri
ü Kelainan Katup Jantung
Pada PK kadang-kadang ditemukan kelainan katup seperti regurgitasi mitial (RM) dan aorta; yang terakhir ini sangat jarang. Insidensi RM 1%. RM yang ringan terdapat pada stadium akut umumnya sembuh, sedangkan yang berat dapat berakhir dengan payah jantung yang disertai gangguan miokard dan koroner.
Penyebab RM ialah valvulitis, peradangan atau iskhemik otot-otot papilla dan dilatasi ventrikel kiri.
ü Miokarditis
Kebanyakan penderita PK menunjukkan tanda-tanda miokarditis pada stadium akut, terutama pada minggu pertama dan kedua serta tidak bergantung kepada ada tidaknya kelainan arteri koronaria.
Pada kelainan ini dijumpai irama gallop, bunyi jantung melemah, aritmia pada EKG, ekografk yang abnormal dan peninggian kreatin kinase dalam serum. Umumnya kelainan ini akan sembuh sendiri sesudah stadium akut dan jarang menetap atau bertambah berat.
ü Perikarditis
Tigapuluh persen semua penderita PK mendapat perikarditis pada minggu pertama dan kedua. Pada kebanyakan penderita terdapat efusi perikard yang ringan dengan ekokardiografi. Tamponade jantung jarang ditemukan.
ü Aneurisma Arteri Yang Lain
Aneurisms dapat pula terjadi pada arteri sistemik yang lain. Insidensi kurang 3% dan predisposisi pada arteri axillaris, iliaka, renalis, mammaria interna, femoralis dan subskapularis. Umumnya gejala-gejala sangat kurang.Bila mengenai arteri renalis, hal ini dapat menimbulkan hipertensi renalis.
2.7 Penatalaksanaan Penyakit Kawasaki
ü Memberikan aspirin. Aspirin seharusnya tidak boleh dikonsumsi oleh anak-anak di bawah 16 tahun, tapi penyakit Kawasaki merupakan salah satu pengecualian. Obat ini dapat mengatasi inflamasi, menurunkan demam, serta mengurangi inflamasi dan rasa sakit
ü Memberikan imunoglobin melalui infus juga dibutuhkan untuk menurunkan demam sekaligus resiko komplikasi jantung. Intensitas gejala dari penyakit ini akan berkurang apabila setelah pemberian infus.
2.8Pengertian Limfadenitis
Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah bening. Peradangan tersebut akan menimbulkan hiperplasia kelenjar getah bening hingga terasa membesar secara klinik. Kemunculan penyakit iniditandai dengan gejala munculnya benjolan pada saluran getah bening misalnya ketiak, leher dan sebagainya. Kelenjar getah bening yang terinfeksi akan membesar dan biasanya teraba lunak dan nyeri. Kadang-kadang kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat.
2.9 Etiologi Limfadenitis
Limfadenitis bisa disebabkan oleh infeksi dari berbagai organisme yaitu bakteri,virus, protozoa, riketsia atau jamur. Streptokokus dan bakteri staphylococcal adalah penyebab paling umum dari limfadenitis, meskipun virus, protozoa, rickettsiae, jamur, dan basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar getah bening. Ciri khasnya, infeksi tersebut menyebar menuju kelenjar getah bening dari infeksi kulit, telinga, hidung, atau mata atau dari beberapa infeksi seperti infectious mononucleosis, infeksi cytomegalovirus, infeksi streptococcal, tuberculosis, atau sifilis. Infeksi tersebut bisa mempengaruhi kelenjar getah bening atau hanya pada salah satu daerah pada tubuh.
2.10 Gejala Limfadenitis
ü Muncul benjolan pada kelenjar getah bening
ü Kadang-kadang kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat.
ü Peradangan
ü Adanya ruam kemerahan
ü Rasa nyeri
ü Bahkan dalam kondisi darurat pasien dapat mengalami kesulitan bernapas , demam tinggi mencapai 390 celcius dan disertai denyut jantung yang cepat (takikardia)
2.11 Faktor Resiko Limfadenitis
ü Riwayat penyakit seperti Tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri stretokokus, infeksi gigi yang disebabkan oleh bakteri anaerob
ü Paparan terhadap infeksi / kontak kepada orang dengan infeksi saluran nafas atas, faringitis oleh streptococcus atau tuberculosis turut membantu mengarahkan penyebab limfadenopati.
2.12 Patofisiologi Limfadenitis
Kelenjar getah bening (KGB) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya di daerah sub mandibular, ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat. Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke kelenjar getah bening sehingga dari lokasi kelenjar getah bening akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar.
Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari kelenjar getah bening itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolite macrophage (gaucher disease). Dengan mengetahui lokasi pembesaran kelenjar getah bening maka kita dapat mengarahkan kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran kelenjar getah bening. Benjolan, bisa berupa tumor baik jinak atau ganas, bisa juga berupa pembesaran kelenjar getah bening. Kelenjar ini ada banyak sekali di tubuh kita, antara lain di ujudaerah leher, ketiak, dalam rongga dada dan perut, di sepanjang tulang belakang kiri dan kanan sampai mata kaki. Kelenjar getah bening berfungsi sebagai penyaring bila ada infeksi lokal yang disebabkan bakteri atau virus. Jadi, fungsinya justru sebagai benteng pertahanan tubuh. Jika tidak terjadi infeksi, kemungkinan adalah tumor. Apalagi bila pembesaran kelenjar didaerah-daerah tersebut di atas, pertumbuhannya cepat dan mudah membesar. Bila sudah sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan tidak sakit, maka perlu diwaspadai. Jalan terbaik, adalah dilakukan biopsy di kelenjar tersebut. Diperiksa jenis sel-nya untuk memastikan apakah sekedar infeksi atau keganasan. Jika tumor dan ternyata ganas, pembesaran kelenjar akan cepat terjadi. Dalam sebulan, misalnya sudah membesar dan tak terasa sakit saat ditekan. Beda dengan yang disebabkan infeksi, umumnya tidak bertambah besar dan jika daerah di sekitar benjolan ditekan,terasa sakit.
2.13 Perawatan dan pengobatan Limfadenitis
Pengobatannya ditentukan oleh factor penyebabnya. Jika disebabkan oleh virus atau bakteri maka akan diberikan obat antibiotic atau antivirus, dan dilanjutkan dengan pemberian obat simptomatik atau mengurangi gejala yang muncul. Misalnya demam dan nyeri akan diberikan obat antiinflamasi, seperti obat analgesik juga obat antibiotic untuk mengobati infeksi yang mendasari.
Selain pengobatan tersebut juga diberikan pengobatan nonmedical unruk limfadenitis, seperti kompres dingin unruk mengurangi pembengkakan dan peradangan, khususnya yang telah mengalami abses. Demikian pula perlu diperhatikan dan diantisipasi sebelum muncul komplikasi limfadenitis bisa berakibat serius, bahkan mengancam kehidupan berupa kematian.
Jika pembengkakan kelenjar getah bening terjadi dalam waktu yang sudah lama (kronis) maka tindakan yang dilakuakan dokter adalah dengan biopsi dan operasi. Bertujuan untuk pengobatan y6ang baik dan mencegah terjadinya komplikasi.
Hal lain yang dilakukan adalah dengan pencegahan berupa menjaga kebersihanj lingkungan dengan mencuci tangan secara teratur, hindari kontak dengan orang yang sakit, konsumsi makanan yang sehat yaitu rendah lemak jenuh tapi kaya akan biji-bijian, buah-buahan dan sayuran.
2.14 Komplikasi limfadenitis
ü Pembentukan abses
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah,yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses; hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.
ü Sepsis (septikemia atau keracunan darah)
Sepsis adalah kondisi medis yang berpotensi berbahaya atau mengancam nyawa, yang ditemukan berhubungan dengan infeksi yang diketahui atau dicurigai.
ü Fistula (terlihat dalam limfadenitis yang disebabkan oleh TBC)
Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening, padat/keras, multiple dan dapat berkonglomerasi satu sama lain. Dapat pula sudah terjadi perkijuan seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunak seperti abses tetapi tidak nyeri. Apabila abses ini pecah ke kulit, lukanya sulit sembuh oleh karena keluar secara terus menerus sehingga seperti fistula. Fistula merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan immune system / daya tahan tubuh setiap individual.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelenjar getah bening termasuk dalam susunan retikuloendotel, yang tersebar di seluruh tubuh. Kelenjar ini mempunyai fungsi penting berupa barier atau filter terhadap kuman-kuman/bakteri-bakteri yang termasuk ke dalam badan dan barier pula untuk sel-sel tumor ganas (kanker). Disamping itu bertugas pula untuk membentuk sel-sel limfosit darah tepi. Brbagai penyakit pembuluh limfe yang ada seperti Limfadenitis, Kawasaki Disease, Limfoma Hodgkin, Penyakit Castleman, Lymphangiomatosis, Lymphangiosarcoma, Lymphangiosarcoma, Filiaris Limfatik.
Limfadenitis adalah peradangan kelenjar getah bening (kelenjar limfe) regional dari lesi primer akibat adanya infeksi dari bagian tubuh yang lain. Sedangkan Kawasaki Disease adalah suatu penyakit yang langka, dan ditemukan pada anak-anak. Penyakit Kawasaki merupakan penyakit yang melibatkan kulit, mulut, dan kelenjar getah bening, dan paling sering mempengaruhi anak-anak di bawah usia 5 tahun.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikirin kepada pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Erfansyah. Dikutup darihttp://erfansyah.blogspot.co.id/2011/01/kep-anak-penyakit-kawasaki.htmldiakses pada tanggal 15 Desember 2015
Ekahosital. Dikutip darihttp://www.ekahospital.com/ketika-kawaski-disease-mengintai-si-kecil/diakses pada tanggal 15 Desember 2015
Arizal Ridz. Dikutip dari http://arijal-ridz arti.blogspot.co.id/2013/06/limfadenitis.html diakses pada tanggal 15 Desember 2015
Dikutip darihttp://dokumen.tips/documents/makalah-limfadenitis.html diakses pada tanggal 15 Desember 2015
Komentar
Posting Komentar